Tuesday, October 31, 2006

Kelompok Hasanuddin Dituding Bunuh Pendeta

Rabu, 18 Oktober 2006

Kepolisian Republik Indonesia tetap meyakini kelompok Hasanuddin sebagai pelaku penembakan Pendeta Irianto Kongkoli, yang terjadi Senin lalu.

Kepolisian Republik Indonesia tetap meyakini kelompok Hasanuddin sebagai pelaku penembakan Pendeta Irianto Kongkoli, yang terjadi Senin lalu. Kelompok yang tak setuju dengan perdamaian di Poso ini sebelumnya pernah menembak Pendeta Susianti Tinulele pada 18 Juli 2004.

Juru bicara Polri, Komisaris Besar Bambang Kuncoko, mengatakan kepolisian tidak menutup kemungkinan adanya kelompok lain yang meniru cara-cara yang dipakai oleh kelompok Hasanuddin. "Tapi orang meniru ada kekurangannya," katanya. Menurut kepolisian, cara yang dipakai dalam pembunuhan kali ini mirip benar dengan cara kelompok Hasanuddin.

Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah menduga hal yang sama. "Modusnya sama dengan pelaku penembakan Pendeta Susianti Tinulele. Gerakannya cepat, menembak lalu menghilang," kata Kepala Polda Sulawesi Tengah Brigadir Jenderal Badrodin Haiti. Tapi ia belum berani menyimpulkan kelompok Hasanuddin di belakang penembakan kali ini.

Kepala Polri Jenderal Sutanto pun masih bersikap hati-hati. "Polisi mempunyai analisis, tapi kita tidak bisa menduga-duga. Nanti kalau pelakunya sudah tertangkap, akan kami jelaskan semua," kata Sutanto kemarin.

Hasanuddin bersama tiga temannya sejak April 2005 telah ditahan di Markas Besar Polri. Ia diduga terlibat dalam beberapa kerusuhan di Poso, antara lain mutilasi tiga siswi SMK Poso, peledakan bom di Pasar Tentena, dan pembunuhan terhadap pendeta.

Menurut polisi, kelompok Hasanuddin adalah kelompok kecil yang tidak puas terhadap Perjanjian Malino yang diprakarsai oleh Jusuf Kalla, yang ketika itu masih menjabat sebagai Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat. Polisi menyebut Hasanuddin berasal dari kelompok Majelis Mujahidin Poso.

Pendeta Irianto memang dikenal sebagai pendeta yang mendukung perdamaian. Ia juga akrab dengan tokoh-tokoh Islam dan kerap menggelar acara bersama lintas agama. Irianto tewas ditembak empat orang tak dikenal yang memakai topeng pada Senin pagi lalu, saat ia dan anak-istrinya sedang berada di toko bangunan di Palu.

Pemerintah segera mengambil langkah pengamanan untuk mencegah terulangnya kekerasan di Poso. "Jangan sampai situasi yang sudah baik tercoreng oleh satu-dua masalah yang tidak dikelola dengan baik," kata Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kemarin. ERWIN DARYANTO | SOHIRIN | DARLIS | OKTA

No comments: