Rabu, 18 Oktober 2006
 Kepolisian Republik Indonesia tetap meyakini kelompok Hasanuddin sebagai pelaku penembakan Pendeta Irianto Kongkoli, yang terjadi Senin lalu.
Kepolisian Republik Indonesia tetap meyakini kelompok  Hasanuddin sebagai pelaku penembakan Pendeta Irianto Kongkoli, yang terjadi  Senin lalu. Kelompok yang tak setuju dengan perdamaian di Poso ini sebelumnya  pernah menembak Pendeta Susianti Tinulele pada 18 Juli 2004.
Juru bicara Polri, Komisaris Besar Bambang Kuncoko, mengatakan kepolisian  tidak menutup kemungkinan adanya kelompok lain yang meniru cara-cara yang  dipakai oleh kelompok Hasanuddin. "Tapi orang meniru ada kekurangannya,"  katanya. Menurut kepolisian, cara yang dipakai dalam pembunuhan kali ini mirip  benar dengan cara kelompok Hasanuddin.
Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah menduga hal yang sama. "Modusnya sama  dengan pelaku penembakan Pendeta Susianti Tinulele. Gerakannya cepat, menembak  lalu menghilang," kata Kepala Polda Sulawesi Tengah Brigadir Jenderal Badrodin  Haiti. Tapi ia belum berani menyimpulkan kelompok Hasanuddin di belakang  penembakan kali ini.
Kepala Polri Jenderal Sutanto pun masih bersikap hati-hati. "Polisi  mempunyai analisis, tapi kita tidak bisa menduga-duga. Nanti kalau pelakunya  sudah tertangkap, akan kami jelaskan semua," kata Sutanto  kemarin.
Hasanuddin bersama tiga temannya sejak April 2005 telah ditahan di Markas  Besar Polri. Ia diduga terlibat dalam beberapa kerusuhan di Poso, antara lain  mutilasi tiga siswi SMK Poso, peledakan bom di Pasar Tentena, dan pembunuhan  terhadap pendeta.
Menurut polisi, kelompok Hasanuddin adalah kelompok kecil yang tidak puas  terhadap Perjanjian Malino yang diprakarsai oleh Jusuf Kalla, yang ketika itu  masih menjabat sebagai Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat. Polisi menyebut  Hasanuddin berasal dari kelompok Majelis Mujahidin Poso.
Pendeta Irianto memang dikenal sebagai pendeta yang mendukung perdamaian.  Ia juga akrab dengan tokoh-tokoh Islam dan kerap menggelar acara bersama lintas  agama. Irianto tewas ditembak empat orang tak dikenal yang memakai topeng pada  Senin pagi lalu, saat ia dan anak-istrinya sedang berada di toko bangunan di  Palu.
Pemerintah segera mengambil langkah pengamanan untuk mencegah terulangnya kekerasan di Poso. "Jangan sampai situasi yang sudah baik tercoreng oleh satu-dua masalah yang tidak dikelola dengan baik," kata Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kemarin. ERWIN DARYANTO | SOHIRIN | DARLIS | OKTA
No comments:
Post a Comment