Palu – Pertemuan Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla dengan              tokoh agama Kristen dan Muslim Poso tidak melahirkan kesepakatan              baru. Dalam pertemuan itu, Wapres hanya menegaskan tiga kebijakan              pemerintah menyangkut kekerasan di Poso dan sekitarnya.
            Ketiga kebijakan itu yakni: pertama, upaya penegakan hukum terhadap              seluruh tindak kekerasan di Poso. Kedua, penegasan bahwa terorisme              adalah musuh bersama; dan ketiga dalam rangka butir pertama dan              kedua, aparat yang di-BKO-kan (di bawah kendali operasi) masih              sangat diperlukan di Poso.
            Hal itu diungkap AR Tubondo, Dosen Sekolah Tinggi Teologia (STT)              Tentena dan mantan Ketua Umum Majelis Sinode Gereja Kristen Sulawesi              Tengah (GKST) ketika dihubungi SH, Senin (30/10) pagi ini. AR              Tubondo adalah salah satu tokoh Kristen yang diundang hadir dalam              pertemuan dengan Wapres Jusuf Kalla di Gubernuran Siranindi II,              Jalan Mohammad Yamin, Palu, Senin (30/10) dini hari.
            Pagi ini sekitar pukul 07.00 Wita, Wapres langsung kembali ke              Jakarta dari Bandara Mutiara, Palu, Sulawesi Tengah. Dijadwalkan              siang ini sekitar pukul 12.00 WIB, Jusuf Kalla di kantornya akan              mengadakan jumpa pers menjelaskan hasil pertemuannya dengan tokoh              agama Poso.
            Tubondo mengatakan, tidak ada kesepakatan karena tidak terjadi              konflik antara dua komunitas ini."Tidak ada melahirkan kesepakatan              baru selain kesepakatan yang telah dituangkan ke dalam Deklarasi              Malino 2001," katanya. Ia menambahkan, pertemuan semalam hingga dini              hari itu merupakan penegasan tiga kebijakan pemerintah menyangkut              tindak kekerasan di Poso dan sekitarnya.
           
            Sementara itu, Pelaksana Tugas Ketua Majelis Sinode GKST (Gereja              Kristen Sulawesi Tengah), Pendeta Ishak Pole meminta Kapolri              Jenderal Sutanto memberikan penjelasan secara transparan kepada              masyarakat soal pengusutan kasus kekerasan di Sulteng, termasuk              kasus penembakan Pendeta Irianto Kongkoli agar masyarakat tidak              bingung.
            Hal itu dinyatakan Pendeta Ishak Pole dalam pertemuan dengan Wapres              Jusuf Kalla, Senin (30/10) dini hari. Pertemuan Wapres Jusuf Kalla              dengan sekitar 20 tokoh Kristen Poso berlangsung sekitar satu jam              sejak pukul 00.15 Wita. Dalam pertemuan itu, Wapres didampingi Menko              Polhukam Widodo AS, Kapolri Jenderal Sutanto, Kepala BIN Syamsir              Siregar, Mensos Bachtiar Chamsyah, Menkum dan HAM Hamid Awaluddin              dan Mendagri M. Ma'ruf.
            Pendeta Ishak Pole menambahkan, penjelasan secara transparan itu              dimaksudkan agar semuanya jelas dan yang terpenting tidak              menimbulkan kecurigaan di antara masyarakat.
            Harapan senada juga dilontarkan Pendeta Dharma Salatta. Ia              mengatakan tugas pendeta di Sulteng selama ini bertambah, yaitu              selain memberikan khotbah juga harus memberikan pemahaman dalam              menyikapi berbagai kasus kasus kekerasan yang terjadi.
            Sedangkan, tokoh Kristen asal Poso lainnya yakni Pendeta Lies              Sigilipu meminta pemerintah memperhatikan pemulihan ekonomi              masyarakat di bekas daerah konflik itu. Diungkapkan, pemulihan              ekonomi masyarakat korban kerusuhan di Poso belum tertangani dengan              baik sehingga masih banyak penduduk yang hidup dalam kemiskinan.
            Dalam pertemuan itu, Wapres Jusuf Kalla memberi respon positif              dengan mengatakan bahwa pemerintah sudah menyusun konsep yang akan              segera dilaksanakan di bekas daerah konflik itu.
           
            Bentuk Tim Rekonstruksi
            Sebelumnya, Wapres Jusuf Kalla, Minggu (29/10) malam telah              mengadakan pertemuan dengan tokoh-tokoh Muslim Poso. Dalam pertemuan              itu, pemerintah menyetujui permintaan tokoh Muslim Poso untuk              membentuk tim rekonstruksi untuk menyelidiki kasus bentrokan antara              anggota Brimob dengan warga Poso, Minggu (22/10) serta kasus-kasus              kekerasan yang pernah terjadi di bekas daerah konflik itu.
            Tim rekonstruksi bentukan pemerintah itu akan berada dibawah              koordinasi Menko Polhukam dan keanggotaannya melibatkan pemerintah              daerah dan perwakilan masyarakat setempat. "Kami juga mengusulkan              perwakilan MUI (Majelis Ulama Indonesia) Pusat untuk dilibatkan              dalam tim rekonstruksi," kata Kyai Adnan Arsal, usai mengikuti              pertemuan dengan Wapres di Gedung Bappeda Provinsi Sulteng.
            Tokoh Muslim Poso yang hadir dalam pertemuan itu di antaranya Yahya              Mangun, Adnan Arsal, Lily Saefullah Jafar, Ustad Gani, Wahid Laiji,              Farid Jafar, Ibrahim Ismail serta mantan pemimpin Laskar Jihad Jafar              Umar Thalib.
            Mengenai ultimatum pimpinan ormas Muslim Poso agar pemerintah              menarik seluruh pasukan Brimob non-organik dari wilayah Poso, Kyai              Adnan Arsal mengatakan pemerintah masih mempertimbangkan dengan              melihat situasi keamanan di Poso.
            Dalam pertemuan tertutup yang berlangsung lebih dua jam sejak pukul              21.15 Wita itu dan mendapat kawalan sedikitnya 550 personel gabungan              TNI dan Polri itu, Kyai Adnan Arsal berjanji menyerahkan warga              Muslim Poso yang DPO (daftar pencarian orang) kepada polisi karena              diduga terlibat aksi kekerasan.
            Sumber SH menyebutkan, dalam pertemuan itu Kyai Adnan Arsal yang              juga Ketua Pondok Pesantren Amanah itu bahkan mendesak Kapolri              Jenderal Sutanto yang hadir dalam pertemuan itu untuk menyerahkan              daftar DPO kepadanya sehingga pihaknya dapat membantu mencari dan              menyerahkan untuk diproses sesuai hukum yang berlaku.
            Wapres Jusuf Kalla sendiri dalam acara halalbihalal dengan jajaran              musyawarah pimpinan daerah serta tokok masyarakat, agama, pemuda dan              perempuan se-Sulawesi Tengah, Minggu (29/10) di Palu mengajak semua              komponen bangsa untuk menjadikan pelaku teror di Poso sebagai musuh              bersama. Ia kembali mengulangi penegasan sebelumnya yang menyatakan              bahwa kejadian di Poso bukan konflik antarwarga tapi tindakan teror              yang dilakukan pihak yang tidak bertanggungjawab dan menginginkan              Poso kembali rusuh. (erna dwi lidiawati/ant/nor)             
Tuesday, October 31, 2006
Pertemuan Wapres di Palu Tak Lahirkan Kesepakatan Baru
Senin, 30 Oktober 2006
             
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment