Friday, November 03, 2006

Densus 88 Tangkap 15 Pelaku Teror, 29 Buron

Rabu, 01 Nov 2006

Penyelidikan Kasus Kerusuhan di Sulteng
POSO - Tim Antiteror Detasemen Khusus 88 (Densus 88) Mabes Polri saat ini memburu 29 pelaku yang terlibat dalam kasus kekerasan di wilayah Sulawesi Tengah (Sulteng). Ke-29 pelaku itu adalah bagian dari 44 orang yang telah ditetapkan Mabes Polri sebagai tersangka pelaku kekerasan, baik yang terjadi di Palu, Parigi, maupun wilayah Kabupaten Poso.

Pernyataan itu disampaikan Wakadiv Humas Mabes Polri Brigjen Pol Anton Bahrul Alam kepada wartawan di Mapolres Poso kemarin. "Selama 8 bulan tim Densus bertugas, ada 44 orang pelaku kasus kekerasan telah terungkap," kata Anton. Dia menambahkan, dari 44 orang tersangka, hingga kini tim Densus 88 Mabes Polri dan Polda Sulteng baru berhasil menangkap 15 tersangka. Di antaranya, Hasanudin, Lilik Purnomo, Haris, dan Irwanto Irano. Mereka yang tertangkap kini dalam penanganan Mabes Polri.

Anton menjelaskan, dari 15 pelaku yang ditangkap, telah terungkap 13 kasus kekerasan. Beberapa kasus itu, antara lain, pembunuhan I Wayan Sukarsa, bendaharawan GKST Drs Tadjoja; pembunuhan kepala Desa Pinedapa; penembakan jaksa Fery; perampokan toko emas di Pasar Tua Palu, dan kasus mutilasi tiga siswi SMK Kristen Poso (Theresia Morangke, Alfita Poliwo, dan Yarni Sambuye).

Dia mengatakan, tertangkapnya belasan pelaku dari sejumlah kasus kekerasan tersebut merupakan buah kerja keras polisi dalam penegakan hukum untuk mewujudkan Poso yang aman dan damai. Anton meminta seluruh pelaku yang dinyatakan polisi sebagai buron atau masuk daftar pencari orang (DPO) untuk segera menyerahkan diri. "Saya imbau agar 29 orang itu secepatnya menyerahkan diri kepada polisi. Kami akan menjamin mereka sebagai warga negara sesuai hukum yang berlaku," katanya.

Pada kesempatan yang sama, Wakadiv Humas Polri itu juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada masyarakat muslim Poso yang telah menggelar aksi demo secara tenang, tertib, aman dan damai. Walau demikian, dia mengakui ada sejumlah orang yang berusaha memprovokasi massa untuk berbuat anarkis. "Saya berterima kasih sekaligus bersyukur atas aksi damai kemarin. Alhamdulillah, masyarakat Poso sudah paham petingnya keamanan. Insya Allah, hal seperti ini akan tetap terjaga," ucap Anton Bahrul Alam.

Menutut Anton, dari pantauan polisi saat berlangsungnya aksi demo, ada enam orang yang teridentifikasi berupaya memprovokasi massa. Namun, lanjut dia, upaya orang-orang tertentu itu tidak berhasil.

Di Jakarta, Kapolri Jenderal Pol Sutanto kemarin membantah kinerja intelijen dalam menangani kasus-kasus di Poso dan Sulawesi Tengah lemah. Menurut dia, sampai 2006, intelijen Polri berhasil membongkar 323 kasus di bumi Poso yang dijuluki Sintuwu Maroso itu. "Jadi, yang dikatakan lemah itu di mana, harus proporsional ya," katanya di Mabes Polri kemarin.

Intelijen juga telah menjalin koordinasi dengan beragam elemen masyarakat Poso. Termasuk, meminta bantuan kepada Ustad Adnan Arsal untuk mencari buron kerusuhan Poso. "Sudah ada komitmen dari masyarakat untuk ikut membantu mencari DPO, termasuk Ustad Adnan Arsal kami harap bisa bantu kita," katanya.

Menurut Kapolri, daftar para buron itu diberikan saat terjadi pertemuan dengan Wapres Jusuf Kalla. Dukungan yang sama juga disampaikan komunitas Kristen di Palu. "Aparat dan masyarakat berkoordinasi, saling memberikan informasi," jelas Kapolri.

Permintaan bantuan kepada masyarakat, menurut Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol Paulus Purwoko, merupakan bagian dari seni investigasi. "Kita merasa perlu untuk menggunakan mediator," katanya.

Di tempat terpisah, Wakil Ketua Komisi III DPR Al Muzammil Yusuf meminta Polri tidak diskriminatif dalam pelibatan organisasi masyarakat. "Muncul kesan hanya elemen Islam yang disinggung, seakan-akan memang pelaku teror itu bagian dari komunitas Islam, padahal tidak benar," katanya.

Intelijen Polri, lanjutnya, juga harus mengawasi pergerakan LSM asing yang aktif di Poso. "Provokasi itu bisa jadi bagian dari rekayasa kepentingan asing untuk merusak kerukunan umat yang telah terbina," ungkapnya.

Sebelumnya, Kepala BIN Syamsir Siregar telah memastikan pelaku teror masih berada di Poso. Mereka bukan termasuk kelompok Islam maupun kelompok Kristiani. "Mereka bersenjata dan berbahan peledak," ujarnya di Kantor Wapres.(cr5/rdl/jpnn)

No comments: