Friday, November 03, 2006

TRUBUN TIMUR MAKASSAR

Rabu, 1 Nov 2006

Polisi Ungkap Lagi Pembunuh Pendeta
Juga Beberkan Pelaku Aksi Teror di Poso dan Palu; 15 Orang Dinyatakan Tersangka, 29 Orang Masuk DPO; Sebut Keterlibatan Kelompok Tana Runtu dan Kayamanya; Mabes Polri Minta Bantuan Ustad Adnan Arsal Untuk Tangkap Pelaku Aksi Teror
Makassar, Tribun -- Markas Besar (Mabes) Polri mengumumkan 15 nama tersangka yang dituding sebagai pelaku teror di Poso dan Palu, Sulawesi Tengah, Selasa (31/10) malam. Mereka juga dituduh terlibat kasus penembahan Pendeta Susianti Tinulele, perampokan, dan aksi teror lainnya.
Wakil Kepala Divisi (Wakadiv) Humas Mabes Polri Brigjen Polisi Anton Bahrul Alam melansir nama-nama tersebut di Poso. Anton berada di Poso dalam dua hari terakhir.
Jenderal bintang satu ini mengatakan, dari 15 orang yang dinyatakan sebagai tersangka, tujuh di antaranya dari kelompok Tanah Runtu dan delapan lainnya berasal dari kelompok Kayamanya. Para tersangka sudah ditahan.
Tujuh orang yang berasal dari kelompok Tanah Runtu disebut- sebut sebagai Pendeta Susianti pada 17 Juli 2004 lalu. Pendeta asal Tentena, Poso ini ditembak saat berkhotbah di Gereja Efata, Palu Selatan.
Mereka yang berasal dari kelompok ini adalah Hasanuddin, Haris, Irwanto Irango, Ipong alias Ponirun, Yusuf Asapa, Rahmat Indra, dan Sudirman alias Aco.
Sedang delapan tersangka kelompok Kayamanya terlibat kasus perampokan uang hasil penjualan cokelat di Desa Tomini, Kabupaten Poso.
Mereka adalah Fadli Barasalim, Yusuf Said alias Budi, Sakur, Farid Ma'ruf, Yusman Sihed, Iswadi Ma'ruf, Rusli Takwil alias Uji, dan Iset.
"Kita juga masih mengejar 29 orang lainnya yang masuk DPO (daftar pencarian orang). Kami mencurigai mereka masih berada di Tana Runtu dan Kayamanya," kata Anton.
Tana Runtu dan Kayamanya adalah nama dua kampung di Kecamatan Poso Kota atau di ibu kota Kabupaten Poso. Nama kampung Tana Runtu juga mencuat saat terjadi insiden bentrokan antara pasukan brimob dengan warga setempat yang menyebabkan seorang warga tewas terkena tembakan.
Ustad Arsal
Di Jakarta, Kapolri Jenderal Sutanto mengungkapkan, pihaknya meminta bantuan tokoh Muslim Poso, Ustad Adnan Arsal, untuk mencari buronan kerusuhan Poso.
Kapolri mengakui, polisi telah menyerahkan daftar nama buronan tersebut kepada Ustad Arsal yang juga pemimpin Pondok Pesantren Amanah di Tanah Runtu.
Ustad Adnan Arsal adalah mertua Hasanuddin, salah satu tersangka penembakan Pendeta Susiati. Adnan dikenal sebagai tokoh informal yang dikenal memiliki pengarug kuat di kalangan pemimpin dan umat Islam Poso.
Dalam pertemuan tokoh Muslim di Kantor Bappeda Sulteng dengan Wapres Jusuf Kalla yang didampingi sejumlah menteri dan Kapolri, Minggu (29/10) malam lalu, Ustad Adnan menyatakan kesiapannya membantu aparat kepolisian mencari buronan polisi terkait sejumlah aksi teror.
"Ustad Adnan bahkan meminta Kapolri untuk menyerahkan daftar DPO kepadanya agar bisa membanty mencari dan menyerahkan mereka agar bisa diproses sesuai hukum yang belaku," kata Sofyan Farid Lembah, tokoh Muslim yang juga ikut dalam pertemuan itu.
Adnan berpendapat, para tersangka kerusuhan Poso yang rata-rata masih buron harus ditangkap demi penegakan hukum.
Beberapa waktu lalu Mabes Polri telah membuat dan menyiarkan rekaman penyesalan Hasanuddin atas keterlibatannya dalam kerusuhan Poso. Dalam pesannya, Hasanuddin sempat mengimbau teman-temannya yang masih ada di luar agar segera menyadari kesalahannya dan menyerahkan diri.

Semi Investigasi
Secara terpisah Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Paulus Purwoko menyatakan, permintaan bantuan kepada Adnan untuk menangkap para buronan kerusuhan Poso merupakan semi investigasi.
"That is the art of investigation on law enforcement, yaitu bisa menggunakan cara paksa untuk menangkap seseorang. Kalau ada risikonya ya menggunakan mediator," katanya.

Kondusif
Sementara itu, suasana di Poso dilaporkan kondusif. Aktivitas warga berlangsung normal. Arus lalu lintas juga tetap ramai. Namun polisi masih ditempatkan di sejumlah titik.
Pasar dan sejumlah tempat umum lainnya tetap ramai meski sehari sebalumnya terjadi aksi demo besar-besaran meminta penarikan pasukan brimob yang di-BKO-kan di wilayah ini.
Menurut Anton, polisi masih tetap melakukan pengamanan karena tidak kecolongan. "Secara umum, suasana di sini relatif aman. Tapi polisi masih tetap melaksanakan tugas pengamanan terutama di tempat strategis," katanya.
Dikonfirmasi terpisah, Kapolres Poso AKBP Rudi Sufahriadi juga memberi penjelasan serupa. Saat dihubungi dia mengaku sedang menggelar rapat dengan jajaran Polres Poso.
Kendaraan umum jenis bus dan truk yang melayani trans Sulawesi dari Sulsel ke Palu dan Sulawesi Utara juga terlihat ramai melintas di kawasan Poso.

Lapor Komnas
Dalam perkembangan lain, Mislan (23), korban penembakan saat terjadi bentrok antara anggota brimob dengan warga di Kota Poso 23 Oktober lalu, melapor ke kantor perwakilan Komnas HAM di Palu.
Mislan datang ke perwakilan Komnas HAM didampingi Harun Nyak Itam Abu dari Tim Pembela Muslim (TPM) Sulteng,serta sejumlah aktivis Kaukus Ummat Anti Kekerasan.
Menurut pria yang mengalami luka tembak itu dirinya mengadu ke Komnas HAM untuk memperoleh keadilan sebab Kapolres Poso selaku pengendali operasi pasukan brimob BKO tidak menjatuhkan sanksi kepada pelaku penembakan.
"Saya berharap dengan melaporkan kasus ini ke Komnas HAM bisa mendapat keadilan," ujarnya.
Sedangkan Harun menilai bentrokan warga dengan brimob di Tanah Runtu, Gebang Rejo, merupakan bentuk pelanggaran HAM sebagaimana diatur dalam pasal 9 Undang-Undang Nomor 26 tahun 2000 tentang Peradilan HAM yang mengatur soal pembunuhan dan penganiayaan.
Kepala Kantor Komisi Daerah Komnas HAM Sulteng, Dedy Askari, mengatakan laporan itu menjadi dasar pihaknya melakukan penyelidikan awal dengan mendatangi lokasi kejadian guna meminta keterangan sejumlah saksi.
Jika cukup bukti terdapat indikasi pelanggaran HAM, maka pihak kami akan membentuk TPF yang melibatkan elemen masyarakat. (JBP/ugi/opi/lim)

No comments: